Rasanya sudah cukup lama sekali saya tidak posting. Terhitung dari awal tahun 2011 belum satu judulpun. Habis tidak ada materi yang saya anggap penting. Nah iseng-iseng saya posting perjalanan ketika saya jalan-jalan ke Pulau Kayangan. Berikut ceritanya.
Pada hari Minggu tanggal 20 Februari 2011 saya bareng teman-teman jalan-jalan ke Pulau Khayangan/Cipir, salah satu dari sekian pulau yang ada di Kepulauan Seribu. Rencananya kami mau pergi hari Kamis yang akan datang sesuai dengan kesepakatan awal. Namun takdir berkehendak lain. Kami berangkat berlima; Mas Yon, Mas Hakim, Arif, Rahman, dan saya sendiri.
Sekitar pukul 17.30 kami berangkat dari rumah kontrakan ABADI HT yang beralamat di Jl. Kampus Unkris Jaticempaka Pondok Gede. Kami mengendarai motor. Saya dengan Mas Yon boncengan, Mas Hakim dengan Rahman, dan Arif sendirian membawa box ikan sambil menyandang peralatan pancingnya dua joran dan 3 togek. Pukul 18.30 kami sudah sampai di jalan Bandengan Kota dan berhenti di sebuah masjid tua untuk menunaikan shalat maghrib. Perjalanan agak lancar karena hari libur. Sejam kemudian sekitar pukul 20.00 kami tiba di Kamal Muara, tempat (dermaga) di mana kami harus menitipkan motor dan melanjutkan perjalanan ke pulau dengan menggunakan perahu nelayan yang sudah dipesan sebelumnya. Di sebuah masjid di bibir pantai dekat dermaga itu kami terlebih dahulu shalat isya’. Aroma pesisir terasa menyengat, bau ikan campur comberan air laut yang sedikit menghitam. Tapi di balik itu semua kami mulai merasakan keindahan laut di tepi malam. Jauh di sana terlihat sinar lampu-lampu Ibu Kota menambah indahnya suasana malam itu. Di angkasa langit hilir mudik pesawat terbang yang akan take off dan landing di Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng yang tak jauh dari lokasi dermaga kamal Muara.
Tibalah waktunya kami berlima naik ke perahu yang sudah kami carter pulang pergi. Sedikit dihinggapi rasa takut dan was-was ketika perahu tanpa lampu kecuali lampu HP sudah mulai menengah berjalan berpapasan dengan ombak-ombak. Bagaimana seandainya terjadi hal-hal yang buruk. Di tengah lautan tanpa pelindung keamanan. Kami hanya pasrah dan menyadari betapa tidak berdayanya seorang manusia ketika melihat luasnya laut dan sekaligus kami menyadari tanda-tanda kebesaran Allah sebagaimana dinyatakan dalam Surah Yasin {36} ayat 41 – 43 :
41. Dan suatu tanda (kebesaran Allah yang besar) bagi mereka adalah bahwa kami angkut keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan.
42. Dan kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kendarai seperti bahtera itu.
43. Dan jika kami menghendaki niscaya kami tenggelamkan mereka, Maka tiadalah bagi mereka penolong dan tidak pula mereka diselamatkan.
Tak terasa kurang lebih hampir 30 menit kami sudah mengarungi lautan dan dermaga mulai nampak remang-remang. Sebentar lagi kami sudah akan mendarat di dermaga Pulau Kayangan. Alhamdulillah kami sampai di Pulau itu kurang lebih 20.30. Tapi masya Allah, sedikit saya agak kaget melihat Pulau itu gelap dan sepi. Saya baru tahu ternyata penerangan lampu di sana menggunakan diesel, dan untuk menghemat biaya, diesel itu hanya dinyalakan sampai 20.30 setiap malamnya. (makan dulu, masih bersambung)
0 komentar:
Posting Komentar